Anti-Semitisme oleh Carlos Latuff

anti_semitism_by_latuff2

APAKAH ISRAEL SATU-SATUNYA NEGARA DEMOKRASI DI TIMUR TENGAH?

Demokrasi ditegakkan di atas serangkaian prinsip, seperti penghormatan atas hak minoritas, kesetaraan di hadapan hukum, kebebasan sipil, dan penghargaan atas hak asasi manusia. Lalu, apakah benar bahwa Israel merupakan satu-satunya negara demokrasi di Timur Tengah, sebagaimana selama ini digembar-gemborkan media-media Barat? Dengan mempelajari fakta-fakta berikut, anda akan menjadi hakimnya. Tahukah anda bahwa:

  • Sekitar 1,5 juta warga Arab di Israel hidup dalam ghetto-ghetto yang terpisah-pisah, yang tak terjamah pembangunan dengan angka pengangguran yang tinggi, serta kekurangan layanan publik yang mendasar, seperti akses jalan, sanitasi, listrik, dan sekolah?
  • 95% dari wilayah Israel (yang dulunya sebagian besar adalah milik para pengungsi Palestina) hanya boleh didiami oleh orang Yahudi?
  • Minoritas warga Arab di Israel yang merupakan seperempat penduduk Israel dibatasi pada 3% dari wilayah Israel?
  • Kewarganegaraan Israel terbuka bagi imigran Yahudi dari seluruh negara di dunia, sementara pengungsi Palestina yang lahir di negeri itu, baik yang Muslim maupun Kristen, tidak bisa mendapatkan kewarganegaraan Israel?
  • Hukum-hukum yang mengatur warga Arab di Israel dibedakan dari hukum-hukum yang mengatur warga Yahudi?
  • Di wilayah pendudukan Tepi Barat, terdapat “jalan-jalan khusus Yahudi” dan “jalan-jalan khusus non-Yahudi”?
  • Israel mengeluarkan KTP dimana agama si pemegang KTP dicetak dalam tinta tebal?
  • Di wilayah pendudukan Tepi Barat, plat mobil milik penduduk Arab berbeda dengan yang dimiliki para pemukim ilegal Yahudi?
  • Lebih daripada itu, sebuah negara tidak bisa disebut demokrasi sementara pada saat yang sama dia juga adalah rezim pendudukan di suatu wilayah. Menurut kolumnis Haaretz, Gideon Levy, ketika menjadi rezim pendudukan di Palestina, maka Israel berhenti menjadi negara demokrasi.

Akhirnya, patut ditekankan bahwa “demokrasi Israel” adalah inkarnasi dari “demokrasi Apartheid Afrika Selatan”. Dulu, dikatakan bahwa Apartheid Afrika Selatan adalah satu-satunya demokrasi di Afrika. Namun demikian, ia hanyalah demokrasi bagi ras kulit putih semata, seperti juga Israel hanyalah demokrasi bagi Yahudi belaka. Berbicara tentang “demokrasi Israel” tidak lain hanyalah propaganda yang terdengar indah di media-media Barat.

Benarkah Palestina Tanah Yang Dijanjikan Tuhan untuk Bangsa Yahudi?

Q: Di dalam Bibel, Tuhan telah menjanjikan tanah Palestina (Tanah yang Dijanjikan) kepada keturunan Ibrahim as dari Ishaq as (bangsa Yahudi), maka mengapa bangsa Palestina mengingkari janji Yang Mahakuasa?
A: Argumen seperti ini sarat dengan kelemahan. Mungkin akan lebih efektif untuk menjawab pertanyaan di atas dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
• Siapakah bangsa Yahudi itu? Apakah bangsa Yahudi berhubungan dengan ras atau agama Judaisme? Inilah pertanyaan yang paling sulit dijawab komunitas Yahudi di seluruh dunia.
• Tahukah anda, bahwa hukum di Israel memberikan status kewarganegaraan secara otomatis kepada banyak orang dari berbagai belahan dunia yang masuk agama Judaisme, sementara suku-suku Yahudi di Yaman, Palestina, dan Iraq yang telah memeluk Islam dan Kristen tidak diperbolehkan menjadi warga negara Israel? Padahal, bukankah mereka juga keturunan Ibrahim as dari Ishaq as?
• Untuk sejenak, mari kita bayangkan orang-orang Palestina secara massal berpindah agama dengan memeluk Judaisme, lantas apakah hal ini akan mengakhiri konflik Israel-Palestina? Atau dapatkah anda membayangkan pemerintah Zionis-Israel mau merevisi definisinya tentang “SIAPAKAH YAHUDI” itu?
• Tahukah anda, bahwa setengah dari jumlah orang Rusia yang berimigrasi ke Palestina pada awal Abad ke-20 menjadi “Yahudi” hanya karena dulu ibu-ibu mereka berpindah agama dengan memeluk Judaisme? Apakah anda masih percaya bahwa orang-orang ini berhak memiliki “Tanah Yang Dijanjikan” atas dasar janji Tuhan di dalam Bibel tersebut?
• Tahukah anda, bahwa “Tanah Yang Dijanjikan” di dalam Bibel mencakup wilayah-wilayah dari Sungai Nil di Mesir hingga Sungai Eufrat di Iraq? Apakah ini bermakna bahwa Israel di masa depan akan mencaplok negara-negara seperti Jordan, Syria, Lebanon, Mesir, dan bagian Selatan Turki? Apakah hal ini bisa menjelaskan mengapa Israel hingga kini tidak pernah menetapkan batas-batas negaranya?
• Akhirnya, mari kita berasumsi bahwa Tuhan memang membuat janji tersebut di dalam Bibel, maka pertanyaannya adalah mungkinkah Tuhan, dalam satu titik sejarah, telah membuat sebuah janji yang rasis?
Pendek kata, tidak akan ada peradaban yang akan langgeng jika ia didasarkan atas eksklusivitas, alih-alih inklusivitas. Dan Israel hanyalah sebuah penggalan sejarah yang singkat.

Duta Besar Israel di Swedia Dilempari Sepatu

Sebuah sepatu dilemparkan ke arah Duta Besar Israel untuk Swedia, Benny Dagan, ketika si dubes menyampaikan ceramah di Stockholm University. Tidak seperti sepatu Muntazer al Zaidi yang luput mengenai Bush, sepatu Swedia ini menghantam perut si dubes. Tak cuma itu, dua buah buku dan satu note pad menyusul terbang menyasar Tuan Dagan yang “malang”…

Dua orang pemerotes, satu perempuan dan satu laki-laki, berteriak, “Pembunuh…intifada!!!”

Saatnya, anak-anak muda Eropa tidak lagi terbebani oleh mitos-mitos “holocaust”, dan menyatakan sikapnya untuk kemanusiaan dan keadilan bagi Palestina. (sumber: a-mother-from-gaza.blogspot.com)

Israel: Bangsa Sepihak

atzmon-2009Oleh Gilad Atzmon

Mereka mundur sepihak
Mereka gencatan senjata sepihak
Mereka menginvasi sepihak
Mereka menang sepihak
Mereka menghancurkan sepihak
Mereka membantai sepihak
Mereka mandi darah sepihak
Mereka menyebarkan fosfor putih sepihak
Mereka membunuh perempuan dan anak-anak sepihak
Mereka menjatuhkan bom-bom sepihak
Mereka hidup di tanah rampasan sepihak
Mereka mendukung para pemimpin pembunuh mereka sepihak
Mereka mencintai “Negara khusus Yahudi” mereka sepihak
Demokrasi mereka sepihak
Mereka mencintai diri mereka sepihak
Mereka bangsa sepihak.
Hidup di balik tembok-tembok beton, kebencian, dan arogansi.

*Gilad Atzmon adalah komponis Yahudi ternama yang lahir di Israel, namun kemudian meninggalkan Israel karena merasa malu hidup di tanah rampasan.

sumber: palestinethinktank.com